Sabtu, 09 April 2016

GUNTUR Part 1

Hari ini adalah hari pertama Gita menjadi mahasiswa Universitas Persada Nasional. Gita sangat antusias dan senang sekali bisa menjadi salah satu mahasiswa Universitas Persada Nasional, karena tak banyak orang yang beruntung untuk bisa kuliah disini. Ia melangkah dengan penuh semangat menuju ke papan pengumuman pembagian kelas. Pengumuman ini sebenarnya sudah dipasang sejak beberapa hari yang lalu, tetapi Gita belum sempat melihatnya karena ia baru saja datang dari Jogja tadi malam. Ia berasal dari kota Jogja, dan sekarang ia memilih untuk tinggal sendiri di sebuah kontrakan dekat kampus. Matanya menelusuri nama-nama yang ada di papan tersebut. "Agitta Yoanne - Gd. E5.2" yang menandakan kelasnya berada di gedung E lantai 5.

Gita berharap ia bisa memulai kehidupan baru di kampus ini. Ia ingin melupakan semua kejadian buruk yang pernah menimpanya di masa SMA. Akan tetapi, itu semua tidaklah mudah. Ia harus benar-benar menyembunyikan kemampuannya jika tidak ingin hal yg sama saat SMA terjadi lagi. Gita mempunyai kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan seseorang yang bersentuhan tangan dengannya. Dulu saat SMA, Gita melihat akan terjadi hal buruk pada salah satu temannya. Ia berusaha mencegah dengan memperingati temannya. Namun tentu saja temannya tidak percaya. Hingga suatu hari, apa yg Gita lihat menjadi kenyataan. Satu sekolah langsung menjauh darinya karena takut hal buruk terjadi pada mereka.

Sekarang Gita hanya perlu bersikap setenang mungkin, mengontrol raut wajah, dan bersikap cuek jika ia melihat "sesuatu" pada temannya. Itu adalah satu-satunya cara agar ia bisa hidup damai tanpa celaan-celaan orang lain. Ia tak mau membuat kehebohan yang mengakibatkan dirinya tersingkirkan lagi. Kini, yang harus ia lakukan adalah mencari teman sebanyak mungkin.

Satu bulan berlalu. Perkuliahan terasa sangat menyenangkan untuk Gita. Ia sudah mampu mengontrol dirinya untuk tidak bersikap berlebihan saat ia tidak sengaja melihat "sesuatu" pada teman-temannya. Seperti melihat salah satu temannya pernah hampir nekat bunuh diri di masa lalu hanya karna masalah percintaan. Atau pun melihat salah satu temannya yang akan jatuh ke selokan di perjalanan pulang. Kini ia mempunyai banyak teman, dan sering menghabiskan waktu bersama mereka. Tak seperti dulu, saat pulang sekolah rasanya ia ingin segera menghilang dari peredaran dan memilih untuk menyendiri di rumah.

Hari ini Gita harus pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku sebagai referensi tugasnya. Ia berhasil menemukan buku yang ia cari untuk referensi tugasnya. Akan tetapi letak buku itu sulit dijangkau oleh Gita karena postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang membantunya mengambil buku itu. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, gayanya santai dengan kaos polos dan jeans serta sepatu converse yang sudah terlihat kusam. Matanya yg bersinar ditutupi dengan kacamata kotak dan senyumnya yang  sangat manis membuat Gita diam terpaku saat melihatnya.

Laki-laki itu menyodorkan buku yang berusaha diraih oleh Gita, ia pun tersadar dari lamunannya. Saat ia mengambil buku itu, tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan, dan situasi menjadi canggung. Gita mengucapkan terima kasih dan segera pergi meninggalkan laki-laki tersebut. Gita merasa aneh, ia tak "melihat" apapun dari laki-laki tersebut saat mereka bersentuhan tangan tadi.  

Gita tak bisa berhenti memikirkan laki-laki yang tadi ia temui di perpustakaan. Wajahnya yang menawan dan ketidakmampuan Gita "melihatnya" membuat Gita semakin penasaran dengan laki-laki itu. Baru kali ini Gita tidak bisa melihat masa lalu atau masa depan seseorang. Ia merasa seperti ada sesuatu yang membatasinya dengan laki-laki itu. Ia berusaha memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Akan tetapi ia hanya membuat dirinya sendiri lelah. Akhirnya ia pun terlelap.

Keesokan harinya, saat Gita sedang jalan di koridor kampus tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Gita kaget dan langsung menoleh ke belakang. Ternyata dia adalah laki-laki yang ia temui di perpustakaan kemarin. 
"Hey sori, ini pulpen lu bukan? Kayaknya jatuh di perpus kemarin" kata laki-laki itu sambil menyodorkan pulpen berwarna hijau pastel. 
Pantas saja semalam Gita mencari-cari pulpen kesayangannya, ternyata pulpen itu jatuh di perpustakaan. 
"Iya ini pulpen gue. Makasih ya" jawab Gita dengan sopan. 
Tiba-tiba laki-laki itu meraih tangan Gita dan memperkenalkan dirinya sendiri.  "Gue Kama Putra Guntur, anak teknik mesin semester 5. Lu bisa panggil gue Kama"
"Hmm, gue Gita, komunikasi semester 1." sahut Gita. Lagi-lagi ia tak bisa "melihat" apapun ketika bersalaman dengan Kama. 

-To be Continue-
-Josh-

0 komentar:

Posting Komentar