Wajahnya
memerah. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang hampir tertumpah. Dia
mencoba bertahan dengan sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata di depan
keluarganya, terutama anaknya. Dia harus kuat, agar keluarganya pun kuat. Dia
berusaha untuk selalu tegar. Tapi aku yakin dia tidak sekuat itu. Aku
melihatnya, lelaki paruh baya itu menangis tersedu-sedu di parkiran mobil. Dia hancur, dia tak berdaya sama
sekali. Dia harus menghadapi kenyataan bahwa seorang yang sangat dia cintai,
seorang yang sudah menemaninya hampir 27 tahun itu telah meninggalkannya untuk
selama-lamanya. Mereka harus terpisah antara ruang dan waktu. Aku yang
melihatnya dari kejauhan pun dapat merasajan kesedihan yang mendalam itu.
Sungguh menyakitkan.
Anak perempuannya masih berusia 11
tahun. Anak itu terlihat sangat terkejut dengan kejadian tersebut sampai tak
dapat berkata apa-apa. Anak itu hanya terdiam murung, dengan wajah pucat. Jelas
saja, anak mana yang tidak kaget ditinggalkan ibunya untuk selama-lamanya? Di
usianya yang baru mau menginjak masa remaja, seharusnya anak itu bisa
menghabiskan banyak waktu dengan ibunya. Entah sebagai pembimbingnya ataupun
hanya sebagai teman curhatnya. Lalu lelaki itu menggenggam tangan anaknya
erat-erat, meyakinkan bahwa inilah rencana Tuhan yang terbaik. Meyakinkan bahwa
semuanya akan baik-baik saja.
Dia
harus menjadi seorang ayah, sekaligus seorang ibu untuk anaknya. Dia harus
bekerja extra-keras. Walaupun terkadang ia tampak kewalahan tetapi dia tetap
berusaha. Aku bisa melihat betapa besarnya kasih sayang seorang ayah kepada
anaknya. Dia selalu berusaha untuk membuat anaknya senang, dan tak larut dalam
kesedihan. Dia sungguh lelaki yang kuat, ayah yang luar biasa.
6 tahun telah berlalu sejak kejadian itu.
Sekarang usianya menginjak 56 tahun. Tubuhnya semakin kurus, wajahnya menua,
dan matanya semakin sayu. Tetapi dia masih seorang yang kuat dan hebat. Sampai
sekarang dia masih bekerja keras untuk membiayai kebutuhan anak satu-satunya
itu yang baru saja duduk di bangku perkuliahan.
Dia
adalah ayahku. Seorang yang selalu bekerja keras untukku. Seorang yang selalu
berusaha menghiburku. Seorang yang selalu ada untukku. Aku melihat semuanya,
aku melihat bagaimana ia berjuang untuk
melawan kesedihan walaupun sesekali terlihat di matanya terbesit kerinduan,
kerinduan yang amat mendalam. Dia adalah ayah terbaik yang pernah kukenal.
Terima kasih ayah. Aku berjanji kelak aku akan membahagiakanmu dan membuatmu
bangga.
-Josh-
0 komentar:
Posting Komentar